www.posbenua.id – Kecerdasan buatan (AI) telah bertransformasi menjadi elemen penting dalam berbagai sektor industri. Perubahan ini tidak hanya membawa inovasi, tetapi juga menimbulkan tantangan besar, terutama bagi mereka yang bekerja di posisi entry-level.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, banyak posisi yang sebelumnya diisi oleh manusia kini mengalami penggantian dengan sistem otomatis. Bagi para pencari kerja, hal ini menjadi ancaman yang harus diperhatikan dan disikapi dengan bijak.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa sejak tahun 2023, lebih dari 27.000 pekerjaan hilang akibat pengadopsian AI. Pada Juli 2025 saja, lebih dari 10.000 pekerjaan di sektor swasta mengalami penurunan drastis akibat adopsi teknologi generatif yang semakin meluas.
Pergeseran Peran dan Keterampilan di Era AI yang Modern
Dalam era di mana AI mendominasi, penting bagi individu untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Keterampilan yang dulunya tidak terlalu relevan kini menjadi kurang diminati, sedangkan kemampuan baru menjadi lebih penting. Peluang yang ada semakin sedikit bagi mereka yang tidak mau melangkah keluar dari zona nyaman.
Menurut CEO Anthropic, risiko kehilangan pekerjaan level pemula sangat tinggi, dengan prediksi bahwa setidaknya setengah dari pekerjaan tersebut dapat hilang dalam waktu dekat. Fenomena ini menegaskan perlunya peningkatan kompetensi dan kemampuan baru agar dapat bersaing.
Hal ini juga didukung oleh laporan Goldman Sachs yang memperkirakan bahwa sekitar 300 juta pekerjaan di seluruh dunia akan terpengaruh oleh otomatisasi AI. Kebanyakan dari posisi yang berisiko tersebut terletak di bidang administratif dan tugas rutin lainnya.
Sepuluh Pekerjaan Entry-Level yang Rentan Hilang Akibat AI
Pada tahun 2030, ada sejumlah posisi entry-level yang dapat diprediksi akan berkurang secara signifikan. Salah satunya adalah Data Entry Clerk, yang mampu tergantikan karena AI yang lebih efisien dalam mengelola dan memasukkan data tanpa kesalahan manusia. Pekerjaan ini menjadi tidak relevan seiring dengan kemajuan teknologi.
Telemarketer juga akan merasakan dampak yang sama. Dengan kemajuan voice bot dan pengolahan bahasa alami, AI kini mampu melakukan promosi dan interaksi dengan pelanggan tanpa kehadiran manusia. Ini adalah contoh konkret bagaimana teknologi dapat mengambil alih peran yang sebelumnya dilakukan oleh tenaga manusia.
Customer Service Dasar juga terancam hilang karena keberadaan chatbot yang dapat menangani permintaan pelanggan secara Instan 24/7. Sementara itu, posisi Kasir Ritel, dengan toko tanpa kasir seperti yang diperlihatkan di beberapa platform modern, hanyalah satu dari sekian banyak contoh penggantian pekerjaan tradisional.
Menyiapkan Diri Menghadapi Reskilling dan Upskilling
Meski banyak posisi entry-level menjadi rentan, hal ini tidak berarti bahwa kesempatan tidak tersedia. Keterampilan baru, seperti kreativitas, analisis strategis, dan komunikasi interpersonal, akan menjadi nilai jual utama di era digital. Ini adalah waktu yang tepat untuk mulai mempersiapkan diri dengan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan masa depan.
Reskilling dan upskilling menjadi langkah yang krusial untuk generasi muda agar tetap relevan dalam pasaran kerja yang semakin kompetitif. Mereka harus mau mengembangkan diri dan mempelajari keterampilan yang sesuai dengan perkembangan teknologi.
Berbagai lembaga pendidikan dan kursus online kini menawarkan training yang dapat membantu individu beradaptasi dengan kebutuhan industri yang berubah. Inisiatif untuk terus belajar dan beradaptasi akan memberikan keunggulan dalam dunia kerja yang sangat dinamis ini.
Menggali Peluang dalam Dunia yang Dikuasai AI
Penting untuk diingat bahwa meskipun banyak pekerjaan diambil alih oleh AI, terdapat ruang bagi mereka yang siap untuk berinovasi dan beradaptasi. Dengan kata lain, banyak peluang baru sedang menunggu untuk dijelajahi, terutama dalam bidang teknologi, kreatifitas, dan layanan yang memerlukan sentuhan manusia.
Untuk itu, penting bagi semua individu, terutama yang baru memasuki dunia kerja, untuk mengembangkan keterampilan yang tidak mudah tergantikan oleh AI. Ini mencakup kemampuan untuk berkolaborasi dalam tim, memecahkan masalah, dan berkomunikasi dengan efektif.
Di sisi lain, perusahaan juga diharapkan berinvestasi dalam pelatihan karyawan agar mereka tidak hanya tergantung pada teknologi tetapi juga memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan memanfaatkan teknologi tersebut secara optimal.