Dalam beberapa tahun terakhir, isu pelecehan seksual di lingkungan pendidikan tinggi semakin mengemuka dan memerlukan perhatian serius dari seluruh masyarakat. Baru-baru ini, kasus dugaan pelecehan seksual di Universitas Islam Negeri Mataram melibatkan seorang dosen yang dihadapkan dengan pelaporan dari beberapa mahasiswi. Kasus ini mengundang perhatian luas terutama terkait perlindungan bagi mahasiswa dari tindakan kekerasan yang berbasis pada kekuasaan.
Fakta mengejutkan muncul ketika Koalisi Stop Kekerasan Seksual (KSKS) NTB menyatakan adanya lima mahasiswi yang telah melaporkan tindakan pelecehan yang berlangsung cukup lama sejak tahun 2021. Kasus-kasus seperti ini menunjukkan bahwa perlindungan terhadap korban masih menjadi tantangan, serta memperlihatkan betapa rumitnya dinamika kekuasaan di lingkungan pendidikan. Pertanyaan mendasarnya adalah: sampai kapan kita akan terus membiarkan tindakan semacam ini terjadi?
Pentingnya Kesadaran Terhadap Kekerasan Seksual di Pendidikan Tinggi
Kesadaran akan kekerasan seksual di kalangan mahasiswa harus ditingkatkan melalui pengetahuan dan pendidikan. Dalam banyak kasus, korban sering kali tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi sasaran pelecehan. Ini menjadi tantangan bagi institusi pendidikan untuk memberikan pendidikan tentang hak dan perlindungan mereka sebagai mahasiswa serta dampak dari kekerasan seksual.
Menurut data yang dirilis oleh Koalisi Stop Kekerasan Seksual, banyak mahasiswa yang merasa tertekan untuk tidak melaporkan tindakan pelecehan yang mereka alami. Pendidikan yang komprehensif mengenai soal ini, serta adanya ruang aman untuk melapor, dapat membantu meningkatkan jumlah laporan dan mengurangi stigma yang sering kali tersemat pada korban.
Strategi Menghadapi Kekerasan Seksual: Dukungan Komunitas dan Kebangkitan Korban
Melaporkan tindakan pelecehan bukanlah hal yang mudah bagi korban, terutama ketika mereka merasa tidak memiliki dukungan. Dukungan dari komunitas serta sistem pendampingan hukum dan psikologis sangat penting untuk mendorong korban agar berani bersuara. Hal ini juga membantu dalam memecah kebisingan dan stigma yang berkelanjutan seputar kekerasan seksual.
Menariknya, beberapa korban dalam kasus ini menemukan kekuatan untuk melapor setelah terinspirasi oleh film yang mengangkat tema serupa. Ini menunjukkan bahwa media memiliki peran vital dalam membuka diskusi tentang isu sensitif semacam ini, serta memotivasi korban untuk berbicara. Perlu adanya kerjasama antara lembaga pendidikan dan organisasi masyarakat untuk menciptakan iklim yang lebih aman dan mendukung bagi mahasiswa.