www.posbenua.id – Pada hari Kamis, 11 September 2025, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan jumlah korban tewas akibat banjir dan tanah longsor yang melanda Bali. Peristiwa tersebut telah menjadi bencana yang mengharuskan ratusan warga mencari tempat aman dan menyelamatkan diri dari dampak yang mengancam kehidupan mereka.
Total korban yang meninggal dunia mencapai 14 orang, dengan Kota Denpasar menjadi daerah terparah. BNPB juga menyebutkan bahwa dua orang masih dalam pencarian, menciptakan ketegangan dan kekhawatiran bagi keluarga yang terdampak.
Upaya evakuasi dan pencarian korban hilang terus dilakukan oleh tim gabungan dari berbagai instansi. Situasi darurat ini memerlukan kolaborasi intensif untuk memastikan keselamatan semua warga yang terdampak.
Korban Tewas dan Kerugian yang Dialami Akibat Banjir
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, memaparkan rincian korban tewas berdasarkan lokasi. Jumlah tragedi ini menunjukkan betapa rentannya kawasan tersebut terhadap bencana alam dan perlunya langkah pencegahan yang lebih baik di masa mendatang.
Dari 14 korban, delapan jiwa berasal dari Kota Denpasar, sementara tiga di Kabupaten Gianyar, dua di Jembrana, dan satu di Badung. Angka-angka ini menjadi pengingat kelam terkait bencana yang bisa terjadi kapan saja.
Selain itu, dengan 562 orang mengungsi, dampak banjir terasa luas. Pengungsian dilakukan di beberapa lokasi yang disiapkan untuk menampung para penyintas agar mereka bisa mendapatkan perlindungan dari cuaca buruk.
Upaya Tanggap Darurat dan Evakuasi Warga yang Terkena Dampak
BNPB menyatakan bahwa upaya tanggap darurat masih berlangsung. Tim petugas gabungan bekerja tanpa lelah untuk mencari korban yang hilang sekaligus mengevakuasi warga yang terjebak dalam situasi berbahaya ini.
Di lapangan, petugas menghadapi tantangan berat, termasuk cuaca yang tidak mendukung dan aksesibilitas ke lokasi-lokasi yang terisolasi. Namun, semangat para relawan dan petugas tidak surut meskipun situasi sangat menantang.
Sementara itu, posko pengungsian juga ramai dikunjungi oleh warga yang mencari tempat aman. Berbagai fasilitas umum seperti sekolah dan balai desa digunakan sebagai tempat perlindungan sementara, menciptakan suasana saling bahu membahu antarwarga.
Data Terbaru tentang Titik Banjir dan Tanah Longsor di Bali
Asesmen dari tim reaksi cepat BPBD Bali menunjukkan bahwa ada lebih dari 120 titik banjir di seluruh Pulau Dewata. Kota Denpasar mencatatkan jumlah titik terbanyak, yang menunjukkan pentingnya infrastruktur pengelolaan air yang lebih baik.
Di sisi lain, tanah longsor juga menjadi masalah serius dengan 18 titik yang dilaporkan. Dari jumlah tersebut, 12 titik berada di Kabupaten Karangasem dan lima titik di Gianyar.
Kondisi ini semakin memperparah situasi, di mana bentang alam yang indah pada dasarnya juga menyimpan potensi bahaya. Harus ada perhatian lebih serius untuk bagaimana pengelolaan lingkungan dan pembangunan infrastruktur dilakukan.
Untuk mendukung kebutuhan para pengungsi, BNPB telah menyalurkan berbagai bantuan. Bantuan ini mencakup selimut, matras, paket sembako, dan tenda yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang kehilangan tempat tinggal dan harta benda mereka.
Ada juga upaya pengendalian banjir yang dilakukan, termasuk penggunaan pompa air dan perahu karet untuk meningkatkan evakuasi. Setiap tindakan ini diambil dengan mempertimbangkan keselamatan dan kenyamanan para pengungsi.
Situasi saat ini mencerminkan perlunya perencanaan dan penanganan bencana yang lebih sistemik. Dukungan dari seluruh elemen masyarakat berperan penting dalam kebangkitan kembali pascabencana ini.