Sabtu, 17 Mei 2025 – 18:00 WIB
Jakarta – Media sosial pada tahun terbaru ini dipenuhi dengan berbagai istilah viral, dan salah satu yang paling menonjol adalah kata “Delulu”. Istilah ini telah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari di kalangan Generasi Z dan milenial, terutama di platform TikTok dan Twitter (X). Namun, apa sebenarnya arti dari “delulu”? Mengapa istilah ini begitu populer, dan apa dampaknya secara sosial maupun psikologis?
Mari kita telusuri fenomena delulu ini—mulai dari pengertiannya, tren viral yang menyertainya, hingga dampak positif dan negatif yang mungkin timbul dalam kehidupan digital kita.
1. Apa Itu “Delulu”?
Istilah “delulu” merupakan singkatan dari kata dalam Bahasa Inggris yaitu delusional, yang berarti berkhayal atau percaya pada sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam konteks media sosial, “delulu” telah mengalami transformasi makna. Sekarang, istilah ini sering digunakan untuk mendeskripsikan kebiasaan membenarkan harapan atau khayalan yang mungkin tidak realistis, tetapi tetap dianggap lucu atau sebagai pendorong motivasi.
Contoh penggunaan:
– “Aku yakin dia juga suka aku, delulu is the solulu.”
– “Tidak apa-apa chat-nya belum dibalas, mungkin dia sibuk. Delulu dulu saja.”
– “Walaupun aku belum terkenal, aku delulu jadi seleb TikTok agar semangat bikin konten.”
2. Delulu Is The Solulu: Motivasi atau Pelarian dari Realita?
Frasa turunan paling terkenal dari “delulu” adalah “Delulu is the solulu”, yang berarti khayalan adalah satu-satunya solusi. Ungkapan ini kian populer di kalangan penggemar K-pop, K-drama, dan para konten kreator yang sedang berjuang. Di satu sisi, mereka menganggap delusi sebagai sumber semangat dan optimisme. Namun, di sisi lain, hal ini memunculkan pertanyaan: Apakah ini sekadar semangat positif atau sudah memasuki zona pelarian dari kenyataan?
3. Tren Viral dan Penyebarannya di Media Sosial
Pembicaraan tentang delulu mulai meledak di TikTok dan Twitter sejak pertengahan tahun 2023 hingga kini. Banyak konten “delulu” yang dibuat dalam bentuk:
– Komedi sehari-hari: chatting dengan gebetan, berharap untuk balikan, dan lain-lain.
– POV khayalan: seolah-olah menjadi idola, selebgram, atau pasangan dari seorang selebriti.
– Self-talk motivasi: menyemangati diri untuk mencapai sukses atau ketenaran.
Konten ini menjadi viral dengan menggunakan berbagai hashtag, seperti:
– #Delulu
– #DeluluIsTheSolulu
– #KhayalanTinggi
– #NgarepRealistis
Konten ini tidak hanya menghibur tetapi juga menjadi ruang bagi mereka yang ingin melarikan diri dari stres, terutama bagi yang merasa hidupnya tidak sesuai harapan.
4. Positif atau Negatif? Dampak pada Generasi Muda
Dampak Positif:
– Menjadi sumber motivasi untuk tetap percaya diri.
– Membantu orang mengekspresikan mimpi dan keinginan dengan cara yang kreatif.
– Mengurangi stres dengan menghadirkan humor dan khayalan.
Dampak Negatif:
– Bisa membuat orang menolak kenyataan secara berlebihan.
– Memperangkap seseorang dalam ekspektasi yang tidak sesuai.
– Menurunkan kemampuan untuk menghadapi kenyataan, terutama saat menghadapi penolakan atau kegagalan.
Psikolog menyarankan agar penggunaan “delulu” dilakukan dengan kesadaran—sebagai hiburan, bukan pelarian dari tantangan yang ada.
5. Delulu Sehat: Boleh Berkhayal asal Tahu Batasnya
Berkhayal bukanlah hal yang salah. Banyak ide brilian dan kisah sukses lahir dari mimpi yang awalnya dianggap sebagai kekonyolan. Akan tetapi, penting bagi kita untuk memahami batasan antara:
– Optimisme vs ilusi
– Mimpi vs menghindar dari kenyataan
– Berpikir positif vs penyangkalan
Agar “delulu” tetap sehat dan memberi dampak positif, cobalah terapkan beberapa tips berikut:
– Gunakan delulu sebagai pemicu semangat, bukan alasan untuk menghindar dari tantangan.
– Jangan menjadikan media sosial sebagai acuan tunggal dalam hidupmu.
– Seimbangkan antara khayalan dan langkah nyata.
– Tertawakan “delulu” dengan bijak, bukan menjadikannya satu-satunya cara hidup.
Delulu Boleh, Tapi Jangan Lupa Kembali ke Dunia Nyata
Pembahasan tentang “delulu” menunjukkan bahwa generasi sekarang lebih ekspresif dan kreatif dalam menanggapi tantangan hidup. Mereka menciptakan istilah baru untuk bertahan di tengah berbagai tuntutan sosial, cinta, dan karir. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua impian dapat diwujudkan hanya melalui angan-angan. Boleh-boleh saja berkhayal, tetapi penting untuk menjejakkan kaki kembali ke realita dan merealisasikan mimpi-mimpi tersebut melalui aksi nyata.