Sabtu, 17 Mei 2025 – 11:00 WIB
Lampung Utara – Media sosial kembali heboh dengan tindakan seorang pejabat publik yang terekam kamera sedang berjoget dan menaburkan uang di atas panggung. Kali ini, perhatian publik tertuju pada Hatami, seorang anggota DPRD Lampung Utara yang berasal dari Fraksi PKB. Dalam sebuah acara khitanan, ia terlihat melemparkan uang pecahan Rp50 ribu kepada seorang DJ perempuan.
Video yang kini viral di berbagai platform media sosial memperlihatkan Hatami mengenakan kemeja putih, berdiri di depan peralatan DJ dan melemparkan uang dengan ceria. Tindakan ini langsung memicu gelombang komentar dari netizen yang mempertanyakan keberlanjutan etika serta kepekaan seorang pejabat publik di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang semakin terpuruk.
Klarifikasi Hatami: “Acara Keluarga, dan Uangnya Uang Saya Pribadi”
Saat dikonfirmasi, Hatami tidak membantah bahwa dia adalah pria dalam video tersebut. Dia mengaku tindakan joget dan menaburkan uang itu dilakukan atas permintaan panitia. “Itu acara khitanan keponakan saya. Ketika panitia mengundang saya ke panggung, saya ikut naik. Uang yang saya lemparkan itu untuk meramaikan suasana,” jelas Hatami dalam wawancaranya pada Selasa, 13 Mei 2025.
Ia juga menekankan bahwa lokasi acara bukanlah tempat hiburan malam, tetapi murni acara keluarga. Hatami memastikan bahwa uang yang ditaburkan adalah miliknya sendiri dan bukan dari anggaran pemerintah. “Itu uang saya sendiri. Saya memiliki kebun sawit dan usaha perikanan. Tak ada hubungannya dengan uang rakyat atau APBD. Itu uang halal. Jadi, tolong jangan dikaitkan dengan posisi saya sebagai anggota dewan,” tambahnya.
Reaksi Netizen: “Sawer-Sawer, Tapi Jalan Daerah Masih Tanah”
Meskipun Hatami telah memberikan klarifikasi, netizen tetap merasa geram. Banyak di antara mereka merasa bahwa tindakan tersebut sangat tidak tepat dilakukan oleh seorang wakil rakyat, apalagi di tengah keadaan ekonomi yang tidak baik. Kolom komentar di berbagai platform media sosial langsung dibanjiri reaksi negatif.
Beberapa komentar dari warganet mencerminkan kesal mereka, seperti:
“Gak usah gaya-gayaan nyawer, Pak. Daerah lu masih banyak jalan tanah.”
“Dia ketawa, gaes. Ekonomi rakyat lagi seret, dia nyawer sambil ketawa.”
“Perekam video hati-hati, nanti dikira pencemaran nama baik.”
“Jangan salahkan dia. Salahkan yang kemarin milih dia.”
“Kalau ada anak kecil bertanya, ‘Nanti aku pengen kaya ayah’, itu gambaran nyata.”
Fenomena Sawer di Kalangan Pejabat Publik
Fenomena pejabat publik yang terlanjur viral karena tindakan-tindakan kontroversial mereka bukanlah hal baru di Indonesia. Namun, mengingat situasi yang ada sekarang—di mana harga kebutuhan pokok semakin tinggi dan tingkat pengangguran meningkat—tindakan “menyawer” yang terkesan foya-foya saat masyarakat sedang berjuang, jelas akan memicu reaksi negatif.
Masyarakat semakin kritis dan memiliki ruang untuk mengekspresikan opini mereka melalui media sosial, sehingga setiap tindakan pejabat publik, meskipun dalam konteks pribadi, tetap dianggap mencerminkan sikap mereka terhadap publik yang mereka wakili.
Joget Boleh, tapi Lupakan Amanah Rakyat
Peristiwa ini menjadi pengingat bagi semua pejabat publik untuk lebih bijak dalam bertindak, baik di ruang publik maupun di dunia maya. Di era digital seperti sekarang, setiap gerakan mereka bisa terekam dan menyebar dengan cepat. Hatami mungkin merasa tindakannya wajar dalam konteks acara keluarga, namun persepsi publik sangat berpengaruh terhadap kepercayaan dan legitimasi seseorang sebagai wakil rakyat.
Apakah tindakan menyawer ini salah? Tidak. Namun, jika dilakukan oleh seorang anggota dewan ketika rakyat sedang berjuang, jelas ini dapat menjadi masalah besar. Jika Anda berada dalam posisi rakyat yang menyaksikan video ini, apakah Anda akan ikut berjoget atau justru mencoret nama caleg di kemudian hari?