Senin, 19 Mei 2025 – 16:24 WIB
Kabar tragis terus mencuat dari Gaza. Baru-baru ini, wilayah Gaza Utara kembali mengalami serangan mematikan yang dilakukan oleh tentara Israel. Masyarakat di sana, yang sudah bertahun-tahun berjuang untuk bertahan hidup, kini kembali menghadapi ancaman yang semakin dekat dan menyakitkan.
Situasi semakin parah dengan adanya pengepungan terhadap Rumah Sakit yang ada di Beit Lahiya, Gaza Utara. Dapat dibayangkan betapa menyedihkannya ketika tim medis dan pasien menghadapi tembakan peluru tajam dari tentara Israel. Serangan ini mengakibatkan ketegangan yang tidak hanya dirasakan di rumah sakit, tetapi juga di seluruh komunitas. Rahim, seorang dokter yang bekerja di RS tersebut, menggambarkan bagaimana setiap hari mereka harus melawan rasa takut sekaligus menjalankan tugas mulia mereka untuk menyelamatkan nyawa.
Tidak hanya itu, serangan juga menargetkan unit perawatan intensif rumah sakit, mengakibatkan seorang pasien terluka parah akibat ledakan dari pesawat nirawak. Kejadian ini seakan menjadi pengingat bahwa dalam konflik yang sedang berkecamuk, yang paling menderita adalah mereka yang tidak bersalah, termasuk anak-anak dan orang-orang yang sakit.
Situasi serupa juga terjadi di RS Al-Awda, yang terletak di Tel Al-Zaatar, area timur dari kamp pengungsi Jabalia. Kondisi di rumah sakit ini semakin memburuk, dan hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya tentang masa depan perawatan kesehatan di wilayah yang sudah amat tertekan ini. Dalam laporan yang sudah disampaikan, RS Lapangan Kuwait di Khan Younis juga mengalami dampak serangan yang signifikan, dengan pengumuman penangguhan semua tindakan operasi sampai waktu yang belum ditentukan, sebagai akibat dari kerusakan yang terjadi.
Pihak pengelola rumah sakit melaporkan bahwa serangan bukan hanya merusak bangunan fisik, tetapi juga menghancurkan infrastruktur vital, seperti generator utama dan sistem kelistrikan yang menjadi penopang operasional rumah sakit. Dengan situasi seperti ini, sangat mendesak bagi organisasi internasional untuk bersatu dan memastikan bahwa hukum internasional yang melindungi fasilitas medis dihormati.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang menyoroti betapa kritisnya situasi saat ini, dengan lebih dari 10.000 pasien, termasuk hampir 4.500 anak-anak, yang memerlukan evakuasi medis segera. Ini adalah gambaran nyata dari sebuah krisis kemanusiaan yang seharusnya menarik perhatian dunia. Namun, suara mereka masih sering terabaikan dalam hiruk-pikuk berita lainnya.
Ketidakpastian yang menyelimuti nasib para pasien ini harus menjadi panggilan untuk tindakan. Adalah tugas kita sebagai manusia untuk mendukung tanpa batasan, mengingat bahwa di balik setiap laporan berita, ada nyawa yang terancam. Masyarakat global perlu bersatu, mendesak agar tindakan penyelamatan segera dilakukan demi mereka yang terjebak dalam konflik.
Harapan mungkin tampak samar di tengah kegelapan, tetapi setiap upaya dalam menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran dapat membawa perubahan. Mari kita gunakan suara kita untuk berbicara atas nama mereka yang tidak dapat berbicara. Karena di balik setiap statistik, ada kisah-kisah nyata yang harus didengar dan diperjuangkan.