Sabtu, 17 Mei 2025 – 20:32 WIB
Jakarta – Sebuah langkah signifikan dalam dunia publikasi ilmiah telah dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan yang berkomitmen mendorong budaya publikasi berkualitas dan etis di Indonesia. Melalui sebuah webinar nasional bertemakan “Kiat Publikasi Jurnal Scopus” yang diadakan pada 12 dan 14 Mei 2025, lebih dari 500 peserta dari berbagai bidang, termasuk akademisi, mahasiswa, peneliti, hingga praktisi, turut serta dalam diskusi yang mendalam mengenai tantangan dan solusi dalam publikasi ilmiah yang bereputasi.
Menembus Jurnal Scopus Sebagai Strategi dan Mentalitas
Pada hari pertama webinar, pembicara kunci, Prof. Dr. M. Hasan, M.Si., yang merupakan guru besar dari Departemen Pendidikan Kimia di sebuah universitas terkemuka, memulai diskusi dengan memberikan wawasan penting mengenai cara menyusun artikel yang bisa lolos seleksi di jurnal internasional. Para peserta juga dipandu oleh panelis ternama, Dr. dr. Dedy Syahrizal, M.Kes., serta Mentor dari Researcher Academy Elsevier, Viqqi Kurnianda, Ph.D., dan modifikasi oleh Dr. Rahmad Rizki Fazli, M.Si.
Dr. Dedy menekankan bahwa kegiatan ini menjadi momen penting dalam upaya meningkatkan kapasitas publikasi dari para dosen dan peneliti di tanah air. Ia menyoroti pentingnya pendampingan yang berkelanjutan bagi akademisi di semua tingkatan. Dalam sesi tersebut, Prof. Hasan juga menegaskan bahwa selain keahlian teknis, strategi mentalitas sangat diperlukan dalam menghadapi proses publikasi yang kerap panjang ini. “Keberhasilan bukan semata soal hasil akhir; konsistensi dan ketekunan adalah kunci,” ujarnya penuh semangat.
Ilustrasi menulis artikel
Tantangan dalam Proses Editorial dan Peer-Review
Pada sesi kedua yang diadakan pada 14 Mei, seorang editor terkemuka, Prof. Dr. Yunisrina Qismullah Yusuf, M.Ling., membagikan pengalamannya dalam memimpin redaksi jurnal terkemuka yang terdaftar di Scopus Q1. Ia menjelaskan bahwa proses editorial bukanlah hal yang instan, melainkan melalui berbagai tahap yang memerlukan ketelitian dan komitmen. “Masa review bisa mencapai satu setengah tahun dengan tingkat penerimaan yang sangat ketat,” ujarnya.
Prof. Yunisrina menekankan pada peserta bahwa menulis dan merevisi artikel adalah bagian alami dari dunia akademis. “Menulis adalah kontribusi kita terhadap ilmu pengetahuan, dan jika satu jurnal menolak, banyak jurnal lain yang bisa menjadi tempat untuk karya Anda,” tambahnya, memberikan semangat kepada peserta untuk terus berjuang meski menemui banyak rintangan.
Pentingnya Menjaga Integritas dalam Publikasi
Dalam seminar ini, Viqqi Kurnianda, Ph.D., mengangkat isu serius tentang praktik-praktik tidak etis yang kini melanda dunia publikasi ilmiah di Indonesia. Ia menyampaikan data menggembirakan bahwa lebih dari 59.000 artikel dari penulis di tanah air telah diterbitkan di jurnal predator, yang merugikan reputasi akademis penulisnya.
Viqqi juga mengisyaratkan adanya jasa publikasi yang menjanjikan penerimaan instan tanpa proses peer-review yang berlaku. “Ini adalah praktik ilegal yang berpotensi merusak reputasi akademik baik individu maupun institusi. Kita harus waspada,” tuturnya tegas.
Menjelang akhir sesi, Viqqi mengajak semua peserta untuk tidak terjebak dalam praktik-praktik curang ini dan menjadikan publikasi ilmiah sebagai legacy yang harus dijaga harkat dan martabatnya. “Mari kita semakin memperkuat integritas akademik,” ajaknya.
Membangun Masa Depan Publikasi yang Etis
Webinar ini merupakan bagian dari upaya kolaboratif untuk menciptakan ekosistem publikasi ilmiah yang berkualitas dan kredibel di Indonesia. Melalui kolaborasi dengan pakar dan mentor bereputasi internasional, lembaga pendidikan ini terus berupaya memberdayakan akademisi di Indonesia untuk mencapai hasil yang tidak hanya produktif, tetapi juga berintegritas.