www.posbenua.id – Identitas pengemudi ojek online yang berkesempatan untuk berkomunikasi langsung dengan Wakil Presiden RI di Istana Wapres pada akhir Agustus 2025 akhirnya terungkap. Pengemudi tersebut adalah Rahman Thohir yang telah berkarir di Gojek sejak tahun 2015, membawa pesan-pesan penting dari komunitas pengemudi terkait isu-isu yang mereka hadapi.
Rahman, yang merupakan seorang sarjana hukum, merasa bangga mewakili rekan-rekannya dalam dialog tersebut. Keterlibatannya dalam pertemuan ini telah menambah wawasan mengenai suara pengemudi, serta tantangan yang mereka hadapi dalam pekerjaan sehari-hari.
Melalui pertemuan itu, Rahman ingin menunjukkan bahwa pengemudi ojol bukan hanya mengandalkan kemampuan fisik, tetapi juga mempunyai latar belakang pendidikan yang mumpuni. Hal ini penting untuk mengubah persepsi negatif yang sering muncul di masyarakat.
Menyoroti Pentingnya Suara Pengemudi Ojol dalam Dialog Bersama Pemerintah
Dialog antara perwakilan pengemudi ojol dengan Wakil Presiden memberikan ruang bagi mereka untuk mengungkapkan aspirasi dan keluhan. Rahman menekankan pentingnya pendapat pengemudi dalam kebijakan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Ini adalah kesempatan langka yang tidak ingin disia-siakan oleh mereka.
Banyak pengemudi merasa bahwa suara mereka sering kali diabaikan dalam diskusi mengenai sektor transportasi. Rahman berharap pertemuan ini bisa menjadi awal yang baik untuk mendengarkan masukan dari komunitas yang lebih luas lagi. Dengan langkah ini, diharapkan akan ada perubahan positif dalam cara pemerintah memperlakukan pengemudi ojol.
Selain itu, kunjungan Wakil Presiden tersebut dipandang sebagai simbol pengakuan terhadap usaha dan jasa pengemudi ojol. Hal ini menunjukkan bahwa mereka berperan penting dalam penyediaan layanan transportasi yang efisien di Indonesia, tetapi belum mendapatkan perhatian yang proporsional dalam pengambilan keputusan.
Respon Masyarakat Terhadap Narasi di Media Sosial
Setelah pertemuan dengan Wakil Presiden, muncul berbagai narasi di media sosial yang menganggap pengemudi ojol yang hadir tidak mewakili suara komunitas. Rahman merasa perlu menyikapi hal ini untuk meluruskan pandangan yang keliru. Banyak yang menilai mereka adalah bagian dari elit, padahal kenyataannya tidak demikian.
Dia juga menjelaskan bahwa penggunaan istilah tertentu, seperti “eskalasi” dan “edukasi,” justru memperlihatkan bahwa mereka terdidik dan mampu berbicara mengenai isu-isu penting. Tidak seharusnya ada stigma bahwa pengemudi ojol hanya terdiri dari lulusan sekolah menengah saja.
Pengemudi ojol, kata Rahman, bervariasi latar belakangnya, dengan banyak di antaranya adalah lulusan perguruan tinggi. Oleh karena itu, narasi yang menyudutkan mereka hanya karena berbicara dengan baik perlu dicermati dengan lebih objektif.
Membongkar Stigma Negatif Terhadap Pengemudi Ojek Online
Stigma negatif terhadap pengemudi ojol menjadi masalah serius yang harus diatasi. Rahman berpendapat bahwa publik perlu memahami bahwa pengemudi ojol adalah bagian dari masyarakat dengan hak suara yang sama. Mereka berhak untuk didengarkan dan dihargai, terlepas dari latar belakang pendidikan atau profesi.
Penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai keberagaman di dalam profesi ini. Tidak semua pengemudi adalah orang-orang yang tidak berpendidikan, karena para pengemudi juga memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berharga.
Melalui dialog ini, Rahman berharap stigma negatif dapat perlahan-lahan hilang. Diperlukan kerja sama dari semua pihak untuk membangun citra positif dan menjadikan profesi ini lebih dihargai oleh masyarakat luas.
Dengan langkah-langkah ini, Rahman optimis bahwa kedepannya akan lebih banyak kendaraan perubahan yang akan membawa kemajuan bagi pengemudi ojol. Komunikasi yang baik dengan pemerintah adalah salah satu kunci untuk mencapai tujuan ini. Dia berkomitmen untuk terus berjuang demi kesejahteraan komunitasnya dan mengharapkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat.